BAPAK tua renta ini selalu terlihat menggelar dagangannya di pelataran ruko sekitar Pasar Besar Malang, Jawa Timur.
Saat seorang calon pembeli mendekatinya, sang Bapak hampir tak pernah menatap pembelinya. Bukan angkuh, tapi ia tak ingin menunjukkan matanya yang nyaris tidak berfungsi akibat katarak akut yang menyerang.
Saat seorang wanita muda menyapanya, beliau hanya merunduk menjawab sapaan. Ketika si gadis bertanya berapa harga dagangan beliau, beliaupun menjawab “Rp.20.000 mbak 2kg, Rp.25.000 3kg.”
Beliau menjawab pertanyaan sang calon pembeli sembari mencari tas kresek untuk wadah jeruknya, beliau meraba tidak melihat .
Si mbak hanya tertegun dan sekilas terlihat mata yang berkaca-kaca menahan tangis.
Katarak yang susah sembuh kata dokter merenggut indahnya dunia. Namun penyakit tersebut bukan alasan bagi sang kakek untuk pasrah menghadapi kerasnya hidup. Buktinya beliau menjajakan dagangannya dengan sabar menunggu pelanggan .
Penjual jeruk itu tidak ingin menjerebabkan dirinya dalam kehinaan dengan meminta-minta. Ia tak butuh belas kasihan untuk sekedar melanjutkan hidupnya.
Ironisnya, tak jauh dari si Bapak menggelar dagangan, tampak seorang lelaki paruh baya yang tak jelas kekurangannya menyodor-nyodorkan ember kecil meminta sedekah.
Ia tidak butuh belas kasihan kita, ia tak butuh sedekah kita. Ia hanya ingin kita membeli dagangannya, agar ia bisa melanjutkan hidup dengan hormat dan jauh dari cibiran manusia.
Saat suatu saat kita menemukan orang seperti itu, belilah dagangannya, walau kita mungkin tak terlalu membutuhkan apa yang ia tawarkan.